Selasa, 19 Oktober 2010

Foto-foto Keindahan gunung langeran

GUNUNG LANGGERAN




   Kawasan Gunung Api Purba Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul semakin diminati sebagai wisata pendidikan, Siswa dari anak pendidikan Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, sampai Perguruan Tinggi memanfaatkan keelokan alamnya untuk belajar mencintai alam sekaligus melestarikan Lingkungan. Mahasiswa dari hampir seluruh perguruan Tinggi di DI Yogyakarta mulai melirik kawasan ini untuk menggelar beragam kegiatan.
   Memasuki ajaran baru gunung Nglanggeran menjadi tujuan utama menyelenggarakan malam keakraban bagi mahasiswa baru. Mahasiswa tertarik menggelar kegiatan di Gunung Nglanggeran karena murah sekaligus bisa mencicipi kehidupan pedesaan ala warga pelosok Gunungkidul. “Tiap bulan ada lebih 500 pengunjung yang didominasi oleh anak muda” ujar Kepala Bidang Pembangunan Desa Nglanggeran Triyanto,


FOTO-FOTO KUNJUNGAN PUSAT




Add caption

 FOTO-FOTO PANJAT TEBING


Add caption
FOTO-FOTO KUNJUNGAN DINAS DAN FOTO2 SHOTING

















KEINDAHAN GUNUNG LANGGERAN














Add caption

Bukit Langgeran


    Gunung Nglanggeran menawarkan sensasi pendakian malam bertabur cahaya. Dengan jarak tempuh pendakian lebih kurang dua jam, wisatawan bisa menapaki puncak tertinggi gunung api purba itu. Tak hanya keindahan alam, kenangan tak terlupakan sesungguhnya terletak pada suguhan keramahan warga sekitar.

    Mungkin hanya di gunung api purba di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, ini para pendaki benar-benar ”dimanjakan”. Setelah lelah menapaki bongkahan batu jenis breksi, wisatawan bisa bersantai sembari menikmati sajian makan pagi, siang, atau malam dari penduduk sekitar.
Asalkan sudah pesan sebelum naik gunung, warga siap mengantar pesanan makanan hingga ke ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu. Harga aneka menu makanan pun cukup mencengangkan karena murahnya. Nasi rames yang diantar dengan peluh bercucuran itu hanya Rp 3.000 per bungkus.
Ditemani pemuda karang taruna Bukit Putra Mandiri dari Desa Nglanggeran, Kompas mendaki Gunung Nglanggeran yang pernah aktif 70 juta tahun lalu itu pada pertengahan Juli lalu, keduanya pada malam hari. Jika ingin menyaksikan puncak keindahan Gunung Nglanggeran, pendakian malam memang menjadi satu-satunya pilihan.
Berjarak tempuh 22 kilometer dari Kota Wonosari, kawasan Gunung Nglanggeran, tersusun dari material vulkanik tua. Gunung tersebut diperkirakan pernah aktif pada 70 juta tahun lalu.

28 mata air

Gunung Nglanggeran memang cocok sebagai tempat persembunyian karena memiliki lebih dari 28 mata air. Tepat di samping Goa Jepang, terdapat sumber mata air yang tak pernah kering sepanjang masa. Warga meyakini sumber berupa rembesan air itu berasal dari telaga mistis yang dijuluki Telaga Wungu. Konon, hanya orang berhati bersih yang mampu melihat keberadaan telaga itu.
Puncak tertinggi dari Gunung Api Purba Nglanggeran segera kami jumpai setelah berjalan kaki selama lebih kurang dua jam. Puncak tersebut dijuluki Gunung Gede, berupa bongkahan batuan seluas setengah hektar. Di pucuk tertinggi itulah kami menikmati suguhan taburan cahaya. Setelah puas menikmati taburan bintang jatuh, kami menyaksikan terbitnya bulan dari arah timur.
Tak hanya taburan cahaya alam. Kerlap-kerlip cahaya kota dari Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta pun menampakkan kecantikannya. Jurang yang mengelilingi Gunung Gede ini konon merupakan bekas kawah dari gunung api purba. Jauh dari hiruk pikuk keramaian, kami hanya sanggup mendengar deru angin, bunyi jangkrik, dan sesekali dahan yang patah karena gerakan binatang luwak.
Nama Nglanggeran, menurut Triyanto, berasal dari kata Plangaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti tertangkap. Gunung Nglanggeran ini tersusun dari banyak bongkahan batuan besar yang oleh warga sekitar disebut Gunung Wayang karena bentuknya menyerupai tokoh pewayangan.
Menurut kepercayaan setempat, gunung ini dijaga Ki Ongkowijoyo dan para punakawan Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di pucuk gunung. Di Gunung Nglanggeran ini pula warga pernah menemukan arca mirip Ken Dedes.
Setelah menikmati terbitnya matahari, pengunjung pun disuguhi hijaunya alam pegunungan. Gunung Nglanggeran juga menjadi rumah bagi aneka flora dan fauna langka, mulai dari kijang, kera, hingga cendana liar.